Jumat, Juni 19, 2009

tugas sastra yang MARYA


TRAGEDI AJAIB

Namaku Marya, aku sekolah di SMAN 2 Tarogong kelas XI dan merupakan siswi SMU. Tiga tahun yang lalu aku mengalami tragedi yang tak mungkin dapat aku lupakan. Tragedi atau bisa juga disebut pengalaman yang menakutkan.

Suatu pagi aku pergi ke sekolah, namun pagi ini ada yang berubah dari ibuku. Apakah yang berubah? Ibuku memotong uang jajanku. Jelas aku kecewa dan aku marah pada ibuku karena siapapun pasti tidak suka apabila uang jajannya dipotong. Tapi aku tetap pergi ke sekolah dengan hati kesal dan tak rela dan aku harus tetap menjalani hariku. Setelah lama menunggu beberapa jam yang seperti satu bulan akhirnya bel pulang pun berbunyi. “Kring… kring…!!!”. Yes!!! Kata itu yang terucap dari mulutku yang membuat semua mahluk yang ada di dalam kelas terkejut dan memalingkan mata mereka kearahku. Tanpa kupedulikan mereka aku melesat pergi dari kelas dan keluar dari halaman sekolah.

Sesampainya di rumah, baru selangkah kakiku berjalan telah kutemui sosok ibuku sedang memasak. Tak ku sapa karena aku masih merasa kesal pada ibuku. Sampai saat ibu menyuruhku untuk makan siang pun aku tak mau karena merasa gengsi walaupun cacing-cacing di dalam perutku sedang konser besar-besaran. Tak lama ku diam di kamar kudengar ibuku hendak pergi ke rumah temannya. “Aha…!!! Ini kesempatan untuk mengobati cacing-cacing dalam perutku ini” (pikirku dalam hati) karena ibuku tak ada di rumah aku pakai kesempatan ini untuk menyantap masakan ibuku yang tak ada tandinganya.

Setelah perutku kenyang aku melihat jam sudah menunjuk pukul 2 siang, satu jam lagi aku ada jadwal les B.inggris di rumah guruku. Aku pun bergegas ke kamar mandi , selesai mandi aku beranjak pergi ke tempat les dengan memakai angkutan umum karena aku sudah hamper terlambat. Aku berjalan menyusuri perjalanan dan sesampainya di tempat les aku terkejut karena tak seorang pun yang kutemui di sana, akhirnya aku putuskan untuk menunggu temanku sampai mereka datang. Tak lama kemudian akhirnya teman-temanku yang aku tunggu bermunculan satu persatu. Dengan enjoy aku mengikuti les, saking enjoynya tak kusadari jam sudah menunjukkan pukul 17.30, karena waktu les habis aku segera pulang.

Namun sebelum aku pulang aku mengantar temanku ke Masjid Agung untuk melaksanakan sholat terlebih dahulu, karena tak ada teman pulang aku putuskan untuk menunggu temanku tapi aku hanya menunggu di luar Masjid. Karena cukup lama aku menunggu, aku kebelet pipis dank arena aku tak tahan aku putuskan untuk pipis di WC Masjid Agung. Setelah selesai saat aku hendak keluar dari WC, tiba-tiba aku terpeleset dan jempol kakiku berdarah karena terkena keramik yang pecah. Sesaat aku mengalami kejadian itu aku tidak merasakan apapun, namun beberapa saat kemudian aku merasakan perih yang tak tertahan karena kakuku mengeluarkan banyak darah. Saat aku keluar dari WC ternyata temanku telah selesai melaksanakan sholat karena mereka terkejut melihat kakiku yang penuh dengan darah mereka panic dan membeli Tissue untuk membalut lukaku walaupun tidak mampu menahan darah dan darah terus saja mengalir.

Aku pulang dengan menggunakan angkutan umum lagi, dengan tetatih-tatih aku berjalan dan setelah sampai di rumah yang pertama kali aku temui adalah saudara perempuanku yang kebetulan sedang berkunjung ke rumahku. Dia menyuruhku mencuci lukaku agar tidak infeksi. Tak berapa lama lukaku berubah menjadi warna hitam dan ternyata darah dalam kakiku membeku dan apabila tidak di keluarkan ada kemungkinan akan infeksi. Karena aku takut aku menolak untuk mengeluarkan darah itu. Karena aku menolak solusinya ibuku membalut kakiku yang luka. Aku melihat ibuku begitu mengasihiku dan mengobatiku dengan sabar dan penuh kasih sayang, aku serasa ingin menangis melihat beliau saat itu. Padahal aku sudah melakukan hal yang sangat bodoh marah kepada ibuku. Sejenak dalam hatiku aku berkata “mungkin ini merupakan ganjaran bagiku yang telah berbuat salah kepada ibuku”. Secara spontan aku langsung meminta maaf dan memeluk ibuku. Beliau menasehatiku agar tidak mengulangi perbuatanku yang seperti anak kecil itu. Dari pengalaman ini aku belajar untuk bisa lebih hormat kepada orang tuaku. Karena bagaimanapun kasih orang tua kita tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Hanya doa orang tua lah yang bisa membuat kita maju dan berhasil.

PUISI

Mungkin Suatu Hari

Engkau tak pernah mengerti

Setumpuk rasa yang ku bawa

Untukmu duhai pangeranku

Setiap gerak-gerik yang terlihat

Tuk mencari jawaban cinta

Yang akan menjadikan

Sebuah kisah “Abadi untuk selamanya”

Tak mungkin ku berpaling

Takkan mungkin pula

Rasa ini akan musnah

Ditelan keindahan duniawi

Mungkin waktu kan mempersatukan kita

Karena itu ……

“Yakinlah akan suatu hari nanti”

Nama : Marya Tripena P.S.

Kelas : XI-Bahasa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar Anda?