Jumat, Juni 05, 2009

Diary Kelabu

Karya:Hesti Dwi Safitri
Kelas :XI Bahasa

Malam itu adalah malam yang paling gelap dari malam-malam yang pernah ada. Langit tertutup kabut hitam yang pekat. Ranting-ranting diterpa hembusan angin yang dingin. Tak ada seekor binatangpun yang keluar malam itu. Bahkan untuk binatang malam seperti kelelawar atau burung hantu sekalipun. Dunia seakan berhenti berputar pada angka 12 yang sunyi. Hanya kabut-kabut hitamlah yang turun dan bertebaran di jalan-jalan yang sepi.

Diantara rumah-rumah yang seolah tak berpenghuni, ada sebuah rumah dengan cahaya kecil di salah satu bagian yang bercahaya di rumah yang hampir gelap itu. Rumah itu adalah sebuah rumah berarsitektur kuno yang sedikit terisolir dan terletak di dekat sebuah kebun yang gelap dan tak terurus. Hanya pohon-pohon besar yang sudah tua dan semak belukar yang tinggi lah yang menjadi penghuni kebun itu. Dan dari sebuah ruangan yang dekat dengan kebun angker itulah cahaya kecil itu menyala.

Setelah dilihat lebih dekat, ada seorang gadis berpiyama biru tengah duduk di depan jendela kamarnya yang langsung menghadap ke kebun itu. Ternyata dari kamar gadis itulah cahaya itu berasal. Gadis itu menengadahkan wajahnay ke atas seolah ada sesuatu –yang biasa muncul diatas sana- yang sedang ia cari. Sementara itu sebuah buku bersampul biru dengan lembaran-lembaran bergambar bunga mawar biru tengah terbuka begitu saja ditangannya. Ada baris tanggal dan bulan yang disisipkan di sudut lembaran kertas yang terbuka itu.

Setelah lelah menengadahkan kepalanya ke atas dan menunggu yang tak kunjung muncul, akhirnya dengan helaaan napas yang berat ia mulai menaglihkan pandangannya pada lembaran buku birunya yang masih terbuka. Kemudian gadis itu pun mulai menuliskan sesuatu :

Dear diaryku yang biru…..

Yang selalu setia mendengar curhatanku

Dan menyimpan semua rahasiaku.

Rahasia dari seorang gadis kuat

Yang berhati rapuh……

Malam ini bulan yang kutunggu tak kunjung menampakkan dirinya dihadapanku. Padahal aku sangat merindukan cahayanya yang mampu mengobati duka dihatiku. Apakah ia tahu kalau hari ini aku dipecundangi sehingga dia tak mau meliahtku?

Diary, aku tak tahu harus kubawa kemana hatiku yang telah hancur ini karena pengkhianatan dari seorang sahabat yang kupercayai. Betapa teganya dia membuka rahasiaku di depan orang yang kusukai. Padahal kami sudah berjanji akan selalu menjaga rahasia kami walau apapun yang akan terjadi.

Diary yang telah menyimpan berpuluh-puluh nama Rama dan Mitha dalam lembaran-lembaran hidupku yang biru ini, kau tahu bukan bahwa tidak ada lelaki lain yang kucintai selain Rama, dan tidak ada orang lain yang sangat kupercaya selain Mitha. Mereka berdua adalah orang terpenting dalam hidupku setelah keluargaku. Dari merekalah aku belajar memahami kehidupan, dan dari Mitha lah aku belajar memahami arti sebuah kepercayaan. Tapi siang itu….,siang itu…..dengan mudahnya Mitha mengatakan bahwa Rama sudah mengetahui semua rahasiaku. Seketika itu aku aku merasakan kakiku tak lagi berpijak, tubuhku terasa lemas seiring menghilangnya kekuatan kepercayaan dari tiap sum-sum tulang dan aliran darahku, dan kemudian sebuah palu godam penkhianatan menghantam tubuhku hingga aku terhempas dengan keras dan hatiku pun hancur berkeping-keping.

Diary, untuk pertama kalinya aku menangis menahan kepedihan hatiku dihadapannya. Aku berusaha untuk kuat dan tetap tegar agar bisa mendengar penjelasannya yang mungkin bisa sedikit meringankan rasa sakit ini. Namun apa yang kudapat?! Palu godam kedua kembali menghantamku dan tak memberiku kesempatan untuk bangkit kembali. Aku terhempas ke dalam lubang kekecewaan yang amat dalam dan menyakitkan Mitha malah menyalahkanku karena aku terlalu pengecut untuk menyatakan perasaanku pada Rama. Dan di akhir gerutuannya Mitha mengatakan bahwa seharusnya aku berterimakasih padanya karena telah membantuku menyampaikan semuanya pada Rama.

Oh…..sahabatku yang baik hati dan sangat kupercaya, tega-teganya dia menuntut tanda terimakasih dari semua rasa sakit yang ia torehkan padaku. Betapa mudahnya dia menilaiku serendah itu. Dimanakah sahabat baiku yang kukenal selama ini?! Tidak ingatkah ia pada janji persahabatan yang telah kami buat dulu bahwa besar atau kecilnya rahasia yang kami miliki, kami tidak boleh mengatakannya pada siapa pu, sekalipun itu pada bayi yang baru lahir dan belum mengerti apa-apa tentang rahasia.

Diary, rahasiaku memang bukan rahasia besar yang patut dipertahankan hingga tetes darah penghabisan. Rahasiaku adalah rahasia biasa yang juga dimiliki oleh setiap oaring yang pernah memendam perasaan pada orang yang disukainya. Akan tetapi besar kecilnya rahasia, berharga atau tidaknya untuk dijaga, semua itu bergantung pada seberapa kuat kepercayaan yang dipertaruhkan di dalamnya. Aku menangis karena setengah kepercayaan yang susah-susah kubentuk kini telah hancur. Aku kecewa karenayang menghancurkannya adalah Mitha, sahabatku sendiri. Tidakkah Mitha tahu bahwa pangkal kesedihanku ini bukanlah rahasia itu, tapi kepercayaan yang kuberikan padanya seolah menguap begitu saja dari pikirannya.

Diary, ada orang yang pernah berkata padaku bahwa menghancurkan kepercayaan bukanlah sesuatu yang sulit, dan membangun kepercayaan itu bukanlah sesuatu yang mudah, tapi yang terpenting dan terberat dari semua itu adalah menjaganya, menjaga kepercayaan itu agar tetap hidup. Tidakkah ia tahu semua itu? Padahal….dari Mithalah aku mempelajari semua itu.

Diary, sekarang aku tahu bahwa waktu telah mengubah Mitha menjadi orang asing. Aku tak lagi mengenalnya. Aku tak tahu siapa gadis yang selalu duduk disampingku itu. Aku tak tahu bahwa nasib telah membawa seorang pengkhianat kepadaku. Tapi yang ku tahu sekarang hanyalah bahwa hanya Tuhan sajalah yang lebih pantas mendapatkan segenap kepercayaan dari kita. Hanya pada Tuhanlah seharusnya kita mengadu.dan menyerahkan semua rahasia kita karena hanya Dia lah yang Maha Mengetahui segala rahasia yang ada di dunia ini. Maafkan aku ya….Allah karena terlalu mengandalkan semuanya pada makhluk ciptaan-Mu.

Tapi diary, apakah harapanku tentang sahabat sejati telah berakhir?! Apakah aku takkan lagi bisa mendapatkan sahabat, ng….tidak, tapi teman, teman yang dapat kuberi kepercayaan meski tak sebesar kepercaan yang pernah kuberikan pada Mitha?! Entahlah…..aku tak tahu. Tapi yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berharap, berharap orang yang bisa kupercaya itu ada. Aku berharap suatu saat nanti akan datang seorang teman yang baik, yang bukan hanya bisa kupercaya tapi juga bisa menepati janjinya. Aku berharap orang itu bisa memahamiku sehingga dia takkan salah menilaiku atau pun menilai cintaku, dan juga segala hal yang kulakukan. Aku berharap dia takkan mengecewakanku dan mengkhianatiku. Aku juga berharap dia takkan mengataiku pengecut meski kadang aku sedikit penakut. Tapi aku juga lebih berharap dia bisa lebih jujur dan tulus dalam berteman denganku. Aku berharap…….aku berharap……..semua itu akan terjadi………

Perlahan gadis itu mulai memejamkan matanya. Pena biru terlepas dari tangannya. Dan tak lama kemudian gadis itupun terlelap bersama asa yang masih tertinggal dalam tiap baris buku biru yang kelabu. Ada setetes bening kecil di sudut matanya yang tak terjatuh. Hanya bening terakhir itulah yang tersisa dari segala kepedihan yang ia rasakan hari ini.

Malam pun kian pekat. Kabut hitam semakin tebal. Dan dunia pun semakin larut dalam kegelapan. Akan tetapi tak selamanya gelap itu ada. Akan tiba masa dimana langit kan cerah, kabut-kabut hilang dan berganti dengan cahaya matahari yang terang. Ketika seseorang menghadapi masa tergelap dalam kehidupannya, maka sesungguhnya ia telah dekat dengan kebahagiaan. Itulah kehidupan.

****

Type equation here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar Anda?