Kelas : XI-Bahasa
Hariku
Ku buka kelopak mataku
ku kedipkan
silaunya cahaya yang terpancar
menembus jendelaku
Suara bergemuruh
keras…
bising di telinga
seperti tak peduli menyambut hari
Dengan tergopoh-gopoh
dan tak kenal diri
aku pergi menelusuri hari
Rindu Masa Itu
Masih teringat di benakku
untaian masa lalu yang indah
bersenandung luka
di atas hamparan dunia
Ku dengar kicauan burung
merdu di telinga
membangunkanku akan masa silam itu
yang selalu mengiringiku di manapun aku berpijak
Ku pandang luasnya rumput-rumput yang menguning
mengingatkanku pada keEsaan-Mu
yang melebihi indahnya pandanganku kini
Sang surya menghangatkan tubuh
menenangkan jiwa dan asa yang sendiri
Tuhan…
hembuskan secercah kebahagiaan
untuk mengukir masa indah itu kembali
Menuju Cahaya-Mu
Di tengah keramaian dunia
ku duduk termenung membisu
diiringi dinginnya tiupan angin
dan hangatnya mentari pagi
Hatiku sunyi sepi dalam lantunan lagu
yang terasa tak terdengar lagi di sela-sela gendang telingaku
hanya kicauan burung yang terdengar begitu lembut membelai kalbu
Ku ingin diri ini bagai semut merah
yang berbaris di hamparan panasnya tanah semen
dengan menantang kerasnya, kasarnya, dan likunya jalan di hadapnya
tanpa berhenti
hanya untuk menuju cahaya-Mu
Indah
Tak terasa semua habis
semua kering, berantakan tak beraturan
bagaikan hati yang bahagia
Aku merasa berat untuk berdiri
berjalan dan berlari
aku lumpuh tak berdaya
Tangan-tangan kering kaku
berbau tak berupa
terbujur menengadah ke atas langit yang tak berujung
tak berarti
Kini deburan ombak membasuhiku
lembut mewangi tertiup angin
membawa aku ke tempat yang indah
agar aku tak terjaga
Curahan Hati
Dunia…
begitu menyiksaku
semua seakan benci akan diriku yang serba kekurangan
menjauhiku seperti orang menjauhi sebuah tong sampah yang jijik
dan tak memperdulikanku
Semua begitu menyakitkan
membuat hatiku remuk bagai terlindas mobil truk
hancur tak tertata lagi
seakan mati tak bernyawa
Hari-hariku semakin sepi
tiada teman di sekelilingku
menghiburku dengan gangguan yang menuju diriku
Tapi kini…
semuanya hilang bagai ditelan bumi
yang tak akan kembali lagi ke hadapanku
Terima kasih dunia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana komentar Anda?